Oleh: Abdul Hofir
Memandangmu adalah rahmat yang
teramat besar bagiku. Kian hari bertambah rasa cintaku kepadamu. Aku tak peduli
bentuk fisikmu, tapi pesonamu tiada pernah pudar. Cahayamu selalu memancar.
Kala pertama menatap, tertanam dalam
rasa cinta.
Lalu bergetar hebat qalbuku dibuatnya. Aku bermohon keselamatan
kepada Sang Pemilik Keselamatan. Ya Allah, jadikan rasa cinta ini pengantarku
masuk ke sorga-Mu yang penuh kenikmatan.
Aku mendekat, kau makin menebar
pesona. Aku jauh, rasa rindu berasa makin membara. Ingin rasanya aku datang
lagi. Dan lagi. Aku melakukan berbagai cara agar tetap bisa mendatangimu. Pagi,
siang, petang, malam. Bahkan, dalam kelelahan, aku berlari menujumu.
Kerinduanku mengalahkan segalanya.
Tapi, inilah dunia. Bukan kita yang
tentukan masa. Allah takdirkan kita berjumpa. Ada saat kita berpisah, tak lagi
bersua. Mungkin sementara, mungkin selamanya. Aku tak kan pernah melupakanmu,
masa demi masa.
Kemarin, aku menyesal dalam sekali.
Kau kupalingkan dan aku tak sanggup menatapmu lagi. Butiran air mata jadi
aliran bah yang membasahi wajah, lalu menetes di lantai ini. Sungguh aku malu.
Meski doa terbaik aku lantunkan
untuk perjumpaan kita di waktu mendatang. Tapi aku menyesal mengucapkan,
"Selamat jalan."
Ka'bah, aku mencintaimu. Aku selalu
merindukanmu. Tapi, sejatinya aku rindu kepada Dzat Yang Memilikimu. Dialah
yang menanamkan rasa cinta. Semoga kelak aku dapat melihat Dia. Di sebuah
tempat yang tidak ada kata sia-sia. Di sana setiap makhluk bertasbih
kepada-Nya. Kita menyebutnya: sorga.
Mekah, 27 Dzulhijjah 1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar