Senin, 02 November 2020

Dosa Berujung Iba (Bagian 2 - Tamat)

Hanya dalam hitungan menit, uang di rekening Abdillah sudah berpindah ke rekening Fatih. Ia segera menghubungi Haji Sodik palsu melalui pesan kotak masuk. Tapi, pesannya tak lagi dibalas.

Selama dua hari berturut-turut, Abdillah mencoba menghubungi Haji Sodik palsu itu. Tapi, upayanya sia-sia. Hingga akhirnya ia mendapatkan kabar bahwa akun Haji Sodik berbeda dengan yang digunakan dalam dialog kemarin.

Bagai disambar petir, Abdillah lemas seketika. Uang lima juta rupiah melayang dari tabungannya.

***

Lima tahun kemudian. Di suatu pagi. Emak-emak tengah sibuk mencuci pakaian di tepi sungai. Sambil mencuci, mereka ngobrol ke sana kemari. Topik obrolan pagi itu adalah berita tentang seseorang yang dikabarkan tengah terlantar dan kini dalam pengawasan Dinas Sosial Kabupaten Kendal.

Melalui pesan pada ponsel yang menyebar dari satu perangkat ke perangkat yang lain, beredar foto seseorang yang tergeletak tak berdaya. Tubuhnya besar dengan kumis dan cambang tebal memenuhi wajah.

Sekilas foto itu sulit dikenali. Tetapi bila diperbesar, nampak wajah seseorang yang tidak asing lagi bagi penduduk desa. Ia adalah Amir alias Ableh.

Seorang petugas dari Dinas Sosial Kabupaten Kendal mengirimkan foto tersebut kepada salah seorang pejabat desa. Ia menyampaikan berita bahwa laki-laki tersebut kini dalam kondisi mengenaskan. Tidak ada yang mengurusnya.

Petugas Dinas Sosial menanyakan apakah benar bahwa orang tersebut adalah warga desa tersebut. Apakah keluarganya benar ada di sana. Sebab, menurut pengakuan orang dalam foto tersebut, ia masih mempunyai keluarga di sana.

Amir alias Ableh minta agar keluarga bersedia menerima dan merawatnya di kampung. Seolah mendapatkan pertanda tertentu, Ableh ingin agar keluarga dan penduduk kampung memaafkan semua kesalahannya.

Ketua RT yang mengetahui kabar tersebut segera menghubungi keluarga Ableh di Bekasi. Namun, bagai bertepuk sebelah tangan, keluarga menolak untuk berurusan lagi dengan Ableh. Ia menyerahkan sepenuhnya soal Ableh ke Dinas Sosial.

Melalui pesan, keluarga Ableh menulis:

Assalamu’alaikum.

Pak RT yang saya hormati. Mohon maaf sekali, kami dari pihak keluarga Ableh sudah tidak mau lagi berurusan dengan dia. Hampir dua puluh lima tahun kami tidak bertemu. Jika suatu saat ada kejadian menyangkut Ableh, tolong jangan hubungi kami lagi.

Kami sadar bahwa Ableh sudah membuat resah masyarakat. Mungkin buat orang lain, perbuatan Ableh bisa dikategorikan sebagai kejahatan. Saya tidak tahu berapa orang yang menjadi korbannya selama rentang waktu sekian tahun itu. Kami sudah berlepas tangan tentang Ableh.

Apapun yang terjadi, biarlah menjadi urusan dia dengan Allah. Kami tidak menerima dia lagi. Sekali lagi, kami mohon maaf. Terima kasih banyak atas kebaikan Pak RT.

Wassalamu’alaikum.

Dua hari kemudian, penduduk dihebohkan oleh kabar duka. Pihak Dinas Sosial Kabupaten Kendal mengabarkan bahwa Ableh telah meninggal dunia. Karena tidak ada pihak keluarga yang bersedia untuk bertemu, Ableh langsung dikuburkan di pemakaman umum di Kendal.

Abdillah yang teringat dengan kejadian lima tahun sebelumnya, menghubungi Haji Sodik. Mereka bertemu di Masjid Al Firdaus.

Ia secara pribadi prihatin dan berduka cita dengan kematian Ableh. Di sisi lain, dia juga bersyukur bahwa sosok Ableh tidak lagi menjadi ‘hantu’ bagi orang lain. Cukuplah dia dan beberapa orang yang menjadi korban penipuan Ableh selama dia hidup.

Kepada sahabatnya, Haji Sodik berpesan, “Mas Abdillah. Hanya Allah yang Maha Memberi Petunjuk ke jalan yang benar. Boleh jadi di akhir kehidupannya, Ableh ingin bertaubat. Ia ingin bertemu keluarganya. Ingin meminta maaf. Dikuburkan di tempat kelahirannya.

“Tapi, keluarganya menolak karena bisa jadi hatinya sudah terluka oleh pencemaran yang dilakukan Ableh selama hidup.

“Setumpuk buku berisi petunjuk tidak akan memberikan manfaat apapun jika kita tidak mencari petunjuk itu. Banyaknya jalan kebaikan untuk mencari rezeki tidak akan ditempuh jika di dalam pikiran kita yang ada hanya jalan pintas entah dengan mencuri, korupsi, atau yang lain.

“Begitu juga dengan apa yang menimpa Ableh. Mungkin selama hidupnya, pikirannya terobsesi untuk mencuri dan mengambil hak milik orang lain. Hanya Allah yang tahu niat dia sendiri. Jika memang demikian halnya, ke mana pun dia berada, pikiran untuk mencuri itu selalu timbul.”

“Iya, Pak Haji. Saya sadar. Mungkin saat itu hati saya terbawa oleh kata-katanya. Saya tidak tahu niat dia seperti apa. Yang Pak Haji katakan insya Allah benar adanya.” Abdillah berkata sambil menunduk.

Lalu, Haji Sodik melanjutkan nasihatnya, “Tapi, kita tidak boleh menganggap seseorang hanya dari satu sisi. Boleh jadi Ableh punya kebaikan yang kita tidak tahu kapan dan di mana ia lakukan. Segudang kebaikan seseorang tidak akan nampak jika yang kita cari adalah kekurangan dan kesalahannya. Demikian pula sebaliknya.

“Seorang ulama besar pernah bercerita tentang salah satu teman jamaah hajinya. Ketika itu mereka sedang berada di Mekah. Teman tersebut melaporkan bahwa di Mekah ternyata ada pelacur. Malahan pelacurnya pakai cadar.

“Ulama besar tadi tidak lantas percaya. Katanya, ketika dirinya bertandang ke Amerika, di sana tidak ada pelacur satu pun. Temannya tidak percaya. karena menurunya, kalau di Mekah saja ada pelacur, tentu di tempat lain lebih parah lagi.

“Sang ulama berpesan bahwa seseorang hanya akan menemukan apa yang dia cari. Jika niatnya ke Mekah memang untuk mencari pelacur, pasti akan ketemu juga.

“Maaf, Mas Abdillah. Ini pesan juga buat saya pribadi. Agar kita tidak melihat seseorang dari kekurangannya saja. Masih banyak kebaikan dan kelebihan yang bahkan boleh jadi melebihi kebaikan diri kita sendiri.”

Abdillah menjawab, “Iya, Pak Haji. Terima kasih atas nasihatnya.”

Haji Sodik melanjutkan perkataannya, “Jadi, yang terpenting bagi kita adalah menentukan ke arah mana pencarian kita. Penuhi hati kita dengan keinginan yang baik-baik karena ke sanalah kita akan mengarah.

“Karena boleh jadi apa yang nampak buruk di mata kita sesungguhnya adalah cara Allah mengingatkan kita bahwa masih ada orang yang bisa kita beri nasihat agar menjadi lebih baik lagi.”

Mata Abdillah meleleh. Ia sendiri sudah merelakan uang yang dulu hilang. Allah Maha Pemurah. Semua kehilangannya sudah mendapatkan ganti yang lebih baik. Yang nampak maupun yang tidak nampak. Ia merasakan karunia Allah sangat luas. Ableh sudah ia maafkan. Semoga husnul khatimah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar